Panggonan Wingit: KAROMAH KYAI AGENG BESARI

0
19

Panggonan Wingit: KAROMAH KYAI AGENG BESARI

KOMPLEKS PEMAKANAN TUA ITU BERNAMA MAKAM TEGALSARI. DI SINI DULUNYA BERDIRI SEBUAH PONDOK PESANTREN SANGAT TERKENAL YANG DIDIRIKAN OLEH KYAI AGENG MOHAMMAD BESARI. WALAU SANG TOKOH SUDAH WAFAT BERABAD SILAM, NAMUN MASIH BANYAK ORANG YANG MEMBURU KAROMAHNYA….

 

DI KOTA REOG, Ponorogo, memang banyak sekali makam tua yang konon mengandung unsur keramat bagi mereka yang meyakininya. Sebutlah antara lain, seperti: Astana Srandil, makam Batara Katong, Makam Warok Suromenggolo, dan lain sebagainya.

 

Dalam penjelajahan kali ini, Tim penulis sengaja melongok dari dekat keberadaan makam Tegalsari yang cukup kondang itu. Sebagian masyarakat Jawa, tentu banyak yang mengenal lokasi makam ini, sebab dari daerah inilah mengalir sebuah legenda yang kelak akan melahirkan seorang tokoh pujangga pinunjul Tanah Jawa, Raden Mas Ngabehi Ronggowarsito.

 

Makam keramat Tegalsari yang terletak di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogoro ini semakin hari memang semakin popular. Terutama sekali bila menjelang bulan suci Ramadhan. Banyak peziarah yang sengaja datang dari berbagai penjuru nusantara hanya ingin ngalab berkah di makam para ahli karomah ini. Bahkan, di antara peziarah ada yang sampai berhari-hari menjalankan lelaku dengan niat untuk mencapai tujuan hidup, atau hajat yang diinginkannya.

 

Tegalsari memang erat kaitannya dengan sejarah penyebaran Islam di Ponorogo. Menurut sejarahnya, kepopularan Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar, tak bisa terlepas dari perjuangan para kyai-kyainya yang jadi simbol pendiri dan sebagai tokoh sentral ilmu spiritual masyarakat Ponorogo saat itu.

 

Menurut cerita dari berbagai sumber, pada mulanya daerah Tegalsari ini kurang dikenal orang. Namun, semenjak didirikan pondok pesantren oleh Kyai Ageng Mohammad Besari, nama desa ini menjadi bersinar cemerlang dan terkenal ke berbagai penjuru.

 

Dari sebuah kisah masyarakat setempat yang cukup terpercaya, Kyai Ageng Mohammad Besari inlah yang pertama kali merintis Pesantren Tegalsari. Adapun asal-usul tokoh ini berasal dari Kuncen, Caruban, Madiun. Dikisahkan, sewaktu usia muda, Mohammad Besari mendengar kabar bahwa di Desa Seteno, Jetis, Ponorogo waktu itu abad 17 M, ada sebuah pesantren tasawuf yang cukup mumpuni. Guru besarnya yaitu Kyai Donopuro, yang juga masih keturunan Sunan Pandan Arang dari Gunung Jabalkat, Klaten. Mohammad Besari banyak mendengar kisah unik tentang pesantren pimpinan Kyai Donopuro itu. Karena itulah dia sangat ingin menimba ilmu di Pondok Setono ini.

 

Setelah mendapat restu dari ayahnya, Kyai Anom Besari Caruban, Besari muda akhirnya berangkat ke pondok Setono dengan ditemani adik kandungnya yang bernama Nor Shodik.

 

Singkat cerita, kedua pemuda ini diterima dengan baik oleh Kyai Donopuro. Mereka pun akhirnya digembleng ilmu agama dan kebatinan tingkat tinggi oleh Kyai Donopuro selama empat tahun.

 

Menurut penuturan Kyai Masykur, 70 tahun, salah seorang sesepuh Setono yang masih memiliki trah dengan Kyai Donopuro, waktu itu pondok Sentono lebih menekankan pada pengajaran ilmu tasawuf atau kebatinan.

 

“Kyai Mohammad Besari ternyata sangat berbakat dalam bidang pengajaran tasawuf,” kisahnya.

 

Setelah 4 tahun menimba ilmu, berkat kecerdasan dan ketekunannya, Mohammad Besari memang bisa menyerap ilmu dengan baik. Setelah dirasa cukup mumpuni keilmuannya, maka, Mohammad Besari pun disuruh mandiri untuk mengembangkan ilmunya. Kyai Donopuro lalu memberi infak tanah yang terletak di sebelah timur Pondok Setono.

 

“Maksudnya, agar di pertapakan tanah ini dibangun sebuah pesantren yang bersifat umum, tidak hanya memberi pelajaran ilmu tasawuf,” tambah Kyai Masykur.

 

Setelah Kyai Donopuro wafat, akhirnya pamor Pondok Setono beralih ke pondok yang didirikan oleh Kyai Mohammad Besari. Pondok inilah yang kemudian berkembang pesat dan Masjid Jami’ Tegalsari, dipercaya sebagai sarana terkabulnya cita-cita, terkenal dengan nama Pesantren Tegalsari atau Gebang Tinatar.

 

“Kyai Ageng Mohammad Besari meninggal dunia pada 1747 M. Namun, beliau telah menurunkan kyai-kyai besar, yang memiliki jasa-jasa bagi berkembangnya syiar Islam di Ponorogo khususnya, dan umumnya di Jawa Timur,” ungkapnya lagi.

 

Disebutkan, sepeninggal Kyai Mohammad Besari, pimpinan pesantren dipegang oleh salah seorang puteranya, Kyai Mohammad Ilyas.

 

“Kyai Mohammad Besari sendiri memiliki putera sembilan orang. Sedangkan anak sulungnya yang bernama Zainal Abidin pernah menjadi raja Selangor Darul Ehsan di Malaysia dan dimakamkan di tanah Melayu,” terang Kyai Masykur lebih jauh.

 

Setelah Kyai Mohammad Ilyas wafat, pesantren pun dilanjutkan dan diasuh oleh puteranya nomor dua yang bernama Bagus Kasan Besari. Kyai Mohammad Ilyas sendiri berputera sebelas orang dari tiga isterinya.

 

Sewaktu pondok diasuh oleh Kyai Bagus Kasan Besari, nama Pesantren Tegalsari semakin memancarkan kharismanya. Pondok mengalami masa kejayaannya. Kyai Bagus adalah seorang yang amat arif bijaksana, sangat dalam ilmu agamanya, bahkan dia juga digdaya dan sakti mandragna, di samping juga mengetahui apaapa rahasia yang ada di balik alam nyata.

 

Nah, sewaktu Kyai Bagus memimpin Pesantren Tegalsari, maka datanglah Raden Bagus Burhan dari Solo. Dia pun berguru pada Kyai Kasan Besari dan akhirnya memeroleh karunia ilmu kasyaf atau pengetahuan untuk meneropong masa depan. Berkat kawaskitaan yang dimilikinya ini, maka, akhirnya mengantarkan Bagus Burhan menjadi pujanga Kraton Surakarta, dengan gelar Raden Mas Ngabehi Ronggowarsito.

 

“Di sinilah banyak orang yang salah kaprah dalam menyebut gurunya Ronggowarsito. Masih banyak yang menganggap bahwa beliau berguru pada Kyai Ageng Mohammad Besari. Namun yang benar, guru Roggowarsito adalah Kyai Ageng Kasan Besari, yang merupakan cucu dari Kyai Mohammad Besari,” tambah Kyai Masykur lagi.

 

Kalau ditelusuri lebih dalam, ternyata para kyai besar Jawa Timur, masih memiliki hubungan keturunan dengan para Kyai Tegalsari. Beberapa kyai tersebut antara lain adalah: Gus Maksum atau KH. Maksum Januhari Lirboyo Kediri (pendiri LPS NU Pagar Nusa), KH. Ihsan Dahlan, Jampes Kediri (penyusun kitab tasawuf Sirajut Thalibin), KH. Januhari Umar (penyiar Managib Jawahirul Ma’ani), Gus Mik atau KH. Hamim Jazuli (koordinator seaman Al-Qur’an Mantab). Juga masih banyak beberapa nama lain yang tak dapat dibeberkan lewat tulisan ini.”

 

Sedangkan silsilah nasab Kyai Ageng Mohammad Besari ternyata masih keturunan orang besar di Tanah Jawa. Dari pihak jalur bapak masih keturunan Prabu Brawijaya V, raja Majapahit. Dari jalur ibu, silsilahnya sampai pada Nabi Muhammad SAW. Jadi jelas sekali, bahwa Kyai Tegalsari masih memiliki turun darah biru dan bisa juga disebut Habib Syarif, sebutan bagi para ahli bait atau keturunan Rasulullah SAW.

 

Sekarang ini, tak hanya makamnya Kyai Tegalsari saja yang jadi tujuan peziarah, tapi di komplek ini ada beberapa tempat yang banyak menyimpan cerita mistis tersendiri. Di antaranya yaitu, pemakaman Kyai Tegalsari, masjid Jami’ Tegalsari, dan rumah Kyai Tegalsari.

 

Adapun areal makam yang cukup lupas dan asri ini terletak di sebelah barat masjid dan dikelilingi tembok yang cukup tinggi. Dalam areal makam ini ada empat bangunan rumah kecil atau cungkup joglo. Menurut catatan yang Misteri peroleh, yang bersemayam di makam inj (mulai cungkup nomor satu dari timur), yaitu:

 

1. Kyai Ageng Mohammad Besari dan isteri

2. Kyai Kasan Yahya dan isteri

– Kyai Mohammad Ilyas dan isteri – Kyai Khalifah dan isteri – Kyai Abdurrahman dan isteri

3. Kyai Ageng Kasan Besari dan isteri

4. Kyai Imam Soebaweh dan isteri

 

Di hari-hari tertentu, tak terkecuali menjelang Ramadhan, makam Tegalsari ini ramai diziarahi orang dari berbagai penjuru. Bukan saja dari kawasan Ponorogo, namun juga dari luar kota, luar pulau, bahkan banyak yang datang dari negeri jiran, Malaysia. Setiap bulan juga selalu ada agenda istighosah kubro yang diadakan oleh beberapa pesantren Jawa Timur dengan mengambil tempat di lokasi ini.

 

Menurut Bapak Tomo, 40 tahun, yang juga menjabat sebagai wakil pekuncen makam Tegalsari, pada malam Jum’at Kliwon, biasanya sebagai puncak keramaian ritual ziarah.

 

“Kalau malam Jum’at, apalagi kliwonan, komplek makam yang luas ini, nyaris tak bisa menampung peziarah yang ingin tawasul. Mereka tentu saja datang dengan membawa niat masing-masing. Yang perlu saya tegaskan, makam ini bukan untuk meminta-minta, sebab segala sesuatunya hanya bersumber dari Allah SWT,” papar Pak Tomo, mengingatkan.

 

Disebutkan pula, makam Tegalsari pernah direhab oleh seorang penguasaha wanita dari Jakarta pada 1995. Kabarnya, pengusaha ini berhasil dengan ritualnya yang dilakukan di kompleks makam ini. Siapa pengusaha tersebut tentu saja ada di kantong penulis.

 

Sebagai bangunan tua bersejarah dan merupakan warisan ulama arif bijaksana, Masjid Tegalsari juga punya aura tersendiri. Masjid ini juga tak lepas dari cerita mistis yang masih melegenda hingga kini. Disebutkan, asal muasa kayu jati yang digunakan sebagai tiang-tiang penyangga masjid diperoleh dari hutan Sawo yang terletak di perbatasan Ponorogo Trenggalek. Konon, kayu-kayu tersebut berjalan sendiri melewati sungai setelah dipukul dengs cemeti oleh Kyai Ageng Mohammad Besari.

 

Setiap malam, masjid ini selalu digunakan untuk munajat dan i’tikaf. Menurut informasi yang diperoleh penulis, ada sebuah kepercayaan yang telah banyak terbukti, bahwa Masjid Tegalsari ini bisa dijadikan sarana untuk menuntaskan berbagai problem kehidupan.

 

“Seberat apapun masalah hidup, jika mau dan ikhlas bermunajat di masjid ini, maka, Insya Alloh ada saja jalan keluar dan penyelesaiannya,” tandas Pak Tomo.

 

Karena kuatnya kepercayaan tersebut, maka, tak mengherankan apabila pada setiap malam Jum’at masjid ini selalu dipenuhi oleh orangorang yang berdoa. Bahkan, di hari biasa ada juga yang datang dari luar kota. Para peziarah ini sengaja melakukan tirakat sampai berharihari. Biasanya mereka memohon petunjuk pada Allah SWT atas masalah yang sedang dihadapinya. Dan hampir seluruhnya yang pernah lelaku di sini, selalu diberi jalan keluar oleh Tuhan YME.

 

“Ini tentu saja berkat karomah para Kyai yang pernah berjasa mendirikan dan mengembangkan pesantren,” tambah Pak Tomo.

 

Dengan banyak bukti yang telah teruji, maka mau tak mau menjadikan masjid yang telah berusia hampir tiga abad ini semakin banyak yang ingin menziarahinya. Malah, menurut informasi yang diperoleh penulis, almarhum mantan Presiden Soeharto juga pernah mengadakan pemugaran masjid ini dan diresmikan pada 2 Maret 1978.

 

Dilihat dari usia masjid yang sudah ratusan tahun, maka masjid ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Dinas Purbakala Mojokerto sejak 1996 silam. Dan pada 2003 lalu, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemkab Ponorogo juga mempublikasikan bahwa Masjid Tegalsari dikategorikan sebagai obyek wisata spiritual yang harus dipelihara sebagaimana petilasan Wali Songo dan para auliya lainnya.

 

RUMAH KYAI BERAURA TINGGI Di sebelah timur Masjid Jarni’ Tegalsari, ada sebuah bangunan rumah kuno berbentuk joglo.

 

Dilihat dari bentuk fisiknya, memang bangunan ini telah usang di makan masa. Kendati demikian, bangunan ini masih terlihat kokoh dan selalu terpelihara, Walau tak dihuni, namun, kebersihannya masih tetap terjaga dengan baik.

 

Rumah ini adalah bekas kediaman Kyai Ageng Mohammad Besari serta kyai-kyai penerusnya. Dulu, rumah ini dijadikan sebagai tempat pengajian dan sentral perjuangan syiar Islam di Ponorogo dan sekitarnya.

 

Dari berbagai cerita dan bukti nyata yang diperoleh penulis, rumah kuno ini memang masih menyimpan daya supranatural yang tinggi. Disebutkan, pernah ada stasiun televisi dan sebuah production house yang mengadakan syuting sinetron di dalam rumah ini, tapi akhirnya terjadi peristiwa yang sangat menegangkan.

 

Para pemeran tayangan tersebut tiba-tiba menjerit histeris dan jadi linglung tanpa sebab. Dari hasil deteksi paranormal, akhirnya terlihat bahwa di dalam rumah Kyai Tegalsari masih menyimpan energi metafisika yang tinggi.

 

Masih banyak cerita seputar kekeramatan rumah kuno tersebut. Namun menurut Mbah Jemitun, 70 tahun, seorang nenek yang masih trah Kyai Tegalsari, yang juga menjabat sebagai pekuncen rumah kuno ini, asal niatnya bersih dan menjaga sopan santun, maka, siapa pun bisa melihat ke dalam ruangan rumah. Di dalam, kita bisa melihat bekas tempat tidur Kyai Ageng Mohammad Besari yang masih asli dan berpaku emas murni.

 

“Namun yang harus diperhatikan, jika niat kita kotor, maka kualat dan musibah yang akan menanti. Ini bukan mengada-ada, tapi sudah banyak buktinya,” tandas Mbah Jemitun.

 

Memang, makam atau petilisan orang-orang suci selalu mengadung unsur karomah atau kekeramatan. Namun, hal ini tentu saja berpulang pada kepercayaan kita masing-masing.

 

Nah, masih berkaitan dengan penjelajahan di makam Tegalsari, pada Jelajah edisi mendatang kami telah mempersiapkan bahan tentang “Kisah-kisah Misteri di Makam Raden Mas Ngabehi Ronggowarsito” Tokoh fenomenal dan legendaris bernama asli Raden Bagus Burhan yang pernah menimba ilmu di Pesantren Tegalsari. Seperti apa kisahnya? Silahkan mengikutinya di edisi mendatang. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!