Ngaji: SUNAN GUNUNG JATI DAN PUTERI ONG TIEN NIO

0
20

Ngaji: SUNAN GUNUNG JATI DAN PUTERI ONG TIEN NIO

MENJELANG PERAYAAN IMLEK, JUMLAH MENGUNJUNG MAKAM PUTERI ONG TIEN MENGALAMI KENAIKAN. ADAPUN PUNCAKNYA TERJADI PADA MALAM IMLEK DAN KEESOKAN HARINYA. SEPERTI APA KISAH DI BALIK KEBERADAAN MAKAM INI…?

 

keterangan dari berbagai sumber, suatu ketika, dua anak Prabu Siliwangi yang bernama Pangeran Walang Sungsang dan Rara Santang, selama tiga malam berturut-turut sama-sama mimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW Dalam mimpi itu, Nabi mengajarkan agama Islam kepada mereka. Keduanya pun menjadi sangat penasaran dan sangat tertarik dengan ajaran tersebut.

 

Pada masa itu, di daerah Cirebon ada seorang ulama besar dari Baghdad, namanya Syaikh Dzatul Kahfi. Di sana beliau mendirikan perguruan agama Islam, dan telah memiliki cukup banyak murid. Keberadaan tokoh ini didengar oleh Pangeran Walung Sungsang dan adiknya, Rara Santang, dan keduanya ingin sekali berguru. Tetapi sayang sekali, Prabu Siliwangi tidak mengizinkannya.

 

Karena hasratnya untuk mempelajari agama Islam tak terbendung lagi, maka kakak beradik itu pada suatu hari melarikan diri dari istana yang megah. Mereka menuju daerah Gunung Jati di Cirebon. Dan setelah melalui perjuangan berat dan panjang, akhirnya keduanya bisa bertemu dengan Syekh Dzatul Kahfi. Keduanya pun lalu tenggelam dalam kesungguhan mempelajari agama Islam.

 

Setelah cukup lama belajar, Syekh Dzatul Kahfi kemudian memerintahkan Pangeran Walang Sungsang untuk membuka hutan yang berlokasi sebelah selatan daerah Gunung Jati. Hanya dalam waktu beberapa hari saja, hutan sudah terbuka, lalu dijadikan sebuah pedukuhan yang semakin lama bertambah ramai.

 

Akhirnya Pangeran Walang Sungsang diangkat menjadi pemimpin di tempat itu, dan diberi gelar Pangeran Cakrabuana. Adapun pendukuhan baru tersebut kemudian dinamakan Tegal Alang-Alang.

 

Syekh Dzatul Kahfi merasa bangga dan puas memiliki murid seperti Pangeran Cakrabuana. Beliau lalu memerintahkan Pangeran Cakrabuana dan Rara Santang untuk menunaikan ibadah haji. Sambil melaksaakan rukun Islam yang kelima itu, keduanya masih meneruskan belajar kepada seorang ulama terkenal lainnya, yaitu Syekh Bayanillah.

 

Dikisahkan, bahwa di sana Rara Santang pada akhirnya menikah dengan raja Mesir yang telah menjadi seorang duda, namanya Syarif Abdullah. Setelah menikah, sang puteri mengganti namanya menjadi Syarifah Mudaim. Dari hasil perkawinan itu, mereka dikaruniai dua orang putera yakni Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah.

 

Sementara itu, Pangeran Cakrabuana yang juga sempat tinggal di Mesir selama tiga tahun, kemudian kembali ke Cirebon dan mendirikan negeri baru yaitu Caruban Larang. Negeri ini dalam waktu singkat sudah terkenal di seluruh Pulau Jawa. Prabu Siliwangi selaku penguasa daerah Jawa Barat, akhirnya merestui pemerintahan puteranya. Bahkan sang Prabu memberinya gelar Srimanggana.

 

Dikisahkan bahwa Raja Mesir yang menikah dengan Rara Santang atau Syarifah Mudaim, pada suatu hari meninggal dunia. Karena puteranya yang bernama Syarif Hidayatullah tidak mau natik tahta, maka sang adiklah, Syarif Nurullah, yang menggantikannya.

 

Adapun Syarif Hidayatullah dan ibunya kemudian memilih kembali pulang ke pulau Jawa, tepatnya ke Cirebon, dan menjadi penyebar agama Islam. Syarif Hidayatullah inilah yang hingga sekarang disebut orang sebagai Sunan Gunung Jati.

 

DIUJI KAISAR YUNG LOU.

 

Dituturkan, suatu ketika, Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, pergi ke Mesir untuk menjemput ibunya, dalam perjalanan yang sangat jauh itu, beliau singgah untuk beristirahat di rumah uwaknya di Cempa, Zaenal Akbar.

 

Sang uwak adalah seorang ulama besar yang sangat terkenal. Syiar Islam di Cempa pun telah berkembang dengan pesatnya. Menyaksikan keadaan ini, Sunan Gunung Jati merasa sangat kagum, dan ingin lebih lama lagi beristirahat.

 

Di tempat ini, banyak sekali orang yang mengagumi kecerdasan dan kesaktian Sunan Gunung Jati, sehingga pemeluk agama Islam kian bertambah. Beliau bahkan kemudian mendapat gelar Insan Kamil.

 

Kehebatan Insan Kamil menjadi buah bibir dan melebar ke wilayah Yunan. Kaisar Yunan Dinasti Ming Yung Lou pun mendengar hal itu. Dan dia segera memerintahkan prajuritnya untuk mengundang Insan Kamil, dalam sebuah acara jamuan.

 

Karena ingin menguji sejauh mana kesaktian Sunan Gunung Jati, Kaisar Yunan Yung Lou membuat skenario. Puterinya yang cantik dan masih gadis serta baru berusia enam belas tahun, bernama Ong Tien Nio, dibuat seperti layaknya orang sedang mengandung.

 

Pada perut sang puteri, dipasang bokor terbuat dari logam kuningan. Sepintas, nampak seolah-olah sedang mengandung tujuh bulan. Setibanya di istana, Sunan Gunung Jati dijamu dengan aneka makanan khas kerajaan Yunan. Puteri Ong Tien sudah tentu diikutsertakan dalam acara tersebut.

 

Seusai acara makan-makan, Kaisar mengatakan bahwa puteri kesayangannya sedang hamil, dan meminta petunjuk kepada Sunan Gunung Jati mengenai obat yang baik untuk menyuburkan kandungannya.

 

Insan Kamil atau Sunan Gunung Jati hanya menyarankan agar puteri Yung Lou diberi makanan yang bergizi. Si Kaisar menjadi kesal, sebab jawaban ini tidak mencerminkan bahwa tamunya adalah seorang yang sakti. Maka ia pun kini tak mempercayai lagi tentang kehebatan Sunan Gunung Jati.

 

Setelah acara jamuan selesai, Insan Kamil kembali ke rumah Zaenal Akbar. Kemudian meneruskan perjalanan menjemput ibunya di negeri Mesir. Setelah Insan Kamil meninggalkan Yunan, di istana Kaisar tiba-tiba terjadi kegemparan besar. Pasalnya, Puteri Ong Tien benar-benar mengandung.

 

Para sinse, paranormal, dan dukun beranak, juga menyatakan bahwa Puteri Ong Tien positif hamil. Puteri Ong Tien kemudian meminta izin kepada ayahnya untuk mencari Insan Kamil. Tak hanya itu, dia pun meminta agar ayahnya mengizinkan dirinya hidup selamanya bersama Insan Kamil.

 

Kaisar yang benar-benar merasa sangat terkejut dengan kejadian langka ini, mengabulkan segela keinginan puteri kesayangannya itu. Dengan dibekali separuh harta kerajaan dan dikawal beberapa prajurit pilihan, Ong Tien berlayar dengan menggunakan kapal Bongtako, mencari Insan Kamil.

 

Setelah melalui perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, akhirnya Ong Tien berhasil menemui Sunan Gunung Jati di daerah pesisir Cirebon. Sang puteri lalu meminta pertolongan kepada beliau, sekaitan dengan kejadian aneh yang telah menimpa dirinya. Sunan Gunung Jati segera menolongnya, dan dalam waktu sekejap saja perut Puteri Ong Tien kembali seperti semula, tidak lagi dalam keadaan mengandung.

 

Kemudian pada saat itu pula Ong Tien memohon agar Sunan Gunung Jati bersedia meminangnya. Permintaan ini juga dikabulkan asal syaratnya, Ong Tien harus bersedia masuk agama Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Karena sang puteri tidak keberatan dengan syarat itu, maka dipinanglah Ong Tien dan diberi nama baru yaitu Ratu Mas Rara Sumanding.

 

Hasil pernikahan tersebut membuahkan seorang anak. Namun sayang sekali, usia sang bayi tidaklah lama. Baru beberapa minggu menghirup udara segar, ia sudah dipanggil Allah. Kejadian ini membuat Ratu Mas Rara Sumanding mengalami depresi berat yang cukup lama.

 

Melihat kondisi isterinya yang selalu dirundung kesedihan, Sunan Gunung Jati lalu mengambil anak angkat yakni putera Adipati Luragung Kuningan. Anak yang bernama Hasanudin ini kemudian dirawat oleh Ratu Mas Rara Sumanding dengan penuh kasih sayang. Kesedihan sang ratu pun sedikit terobati dengan kehadiran anak tersebut.

 

Tetapi, Hasanudin kecil tak lama berada dalam asuhan sang bunda angkat. Pada tahun 1482 M, Ratu Mas Rara Sumanding meninggal dunia akibat suatu penyakit. Dia merasakan kebahagian berumah tangga dengan Sunan Gunung Jati hanya selama tiga tahun saja.

 

Kepergian Ratu Mas Rara Sumanding terdengar sampai ke Tionghoa. Maka berbondong-bondonglah.mereka pergi ke Cirebon untuk berziarah ke makamnya, yang berlokasi di salah satu sudut dari komplek pemakaman Gunung Jati.

 

Mengingat Ratu Mas Rara Sumanding berasal dari turunan Tionghoa, akhirnya Sunan Gunung Jati mengizinkan warga Tionghoa untuk berziarah ke makam isterinya, dengan cara sesuai kepercayaan mereka. Tetapi tempatnya dipisah dengan masyarakat pribumi dan warga Tionghoa yang sudah masuk Islam, yang biasanya melakukan tahlillan ketika berziarah.

 

Menurut keterangan beberapa orang juru kunci di lingkungan makam Gunung Jati, sampai sekarang makam Ratu Mas Rara Sumanding ramai diziarahi baik oleh warga muslim maupun non muslim. Menjelang perayaan Imlek, meski tidak terlalu melonjak, jumlah mengunjung makam Puteri Ong Tien memang ada kenaikan. Adapun puncaknya, biasanya terjadi pada malam Imlek dan keesokan harinya.

 

VERSI LAIN

 

Menurut versi lain, kisah terjadinya pernikahan antara Sunan Gunung Jati dengan Puteri Ong Tien adalah sebagai berikut. Suatu malam, Sunan Gunung Jati melakukan shalat malam di atas sebuah perahu di tepi pantai. Seusai shalat dan berdzikir, beliau tertidur dengan nyenyaknya dan saat terbangun, tanpa disadari telah berada di negeri China.

 

Di tempat asing ini, Sunan Gunung Jati bermaksud untuk menyebarkan agama Islam. Waktu itu, di negeri China sudah lama diberlakukan aturan yang melarang rakyatnya menganut agama Islam. Karena itu beliau menyamar sebagai seorang juru sembuh.

 

Setiap orang yang berobat kepadanya, diajari wudhu kemudian diajaknya melakukan shalat. Dalam waktu singkat, nama Sunan Gunung Jati sudah terkenal di kalangan masyarakat luas. Mereka berangggapan, bahwa beliau adalah seorang sinse dari Jawa yang sakti dan berilmu tinggi.

 

Walhasil, tak sedikit orang yang datang kepada beliau lalu memeluk agama Islam. Bahkan seorang menteri bernama Pai Lian Bang menjadi pengikutnya yang setia. Ketika agama Islam semakin berkembang, Kaisar China memanggil beliau ke istana. Kaisar ingin menghancurkan nama baik Sunan Gunung Jat dihadapan orang banyak, dengan cara tebak menebak.

 

Caranya, salah seorang puteri kaisar yang masih gadis dibuat seperti sedang dalam keadaan hamil, dan disuruh duduk berdampingan dengan saudarinya yang sedanc hamil tiga bulan. Setelah itu, Sunan Gunung Jati diminta untuk menebak, mana di antara keduanya yang benar-benar hamil.

 

Karena Sunan Gunung Jati menunjuk puteri yang masih gadis, maka Kaisar dan seluruh orang yang hadir menertawakan beliau. Kaisar merasa menang, dan segera mengusir Sunan Gunung Jati dari istana.

 

Sepeninggal Sunan Gunung Jati, keajaiban terjadi. Puteri Kaisar yang masih perawan yang bernama Ong Tien, tiba-tiba benarbenar hamil. Sedangkan saudarinya yang semula sungguh-sungguh hamil, mendadak kandungannya menjadi lenyap. Kaisar merasa terkejut menyaksikan kejadian yang sangat langka itu.

 

Dia lalu meminta ampun kepada Sunan Gunung Jati, serta memohon agar bersedia mengawini Puteri Ong Tien. Karena tak ingin mengecewakan Kaisar, maka Sunan Gunung Jati mengabulkan permohonan tersebut. Setelah menikah, beliau kemudian pulang ke Jawa bersama isterinya, Puteri Ong Tien. Murid setia beliau, yakni Pai Lian Bang, ikut pula dalam rombongan itu.

 

Menurut satu riwayat, dalam perjalanan tersebut, Sunan Gunung Jati sempat singgah di Sriwijaya. Saat itu, tepat hari wafatnya Adipati Arya Damar. Karena kedua putera Arya Damar sudah menetap di Jawa, maka kemudian diangkatlah Pai Lian Bang sebagai Adipati.

 

Mula-mula dia menolak, tetapi karena yang meminta adalah gurunya, yakni Sunan Gunung Jati, akhirnya ia mau menerima jabatan itu. Dengan bekal pengalaman sebagai menteri di negeri China, Pai Lian Bang berhasil membangun Sriwijaya. Pesantren dan madrasah pun benar-benar dikembangkan.

 

Dia sendiri juga menjadi seorang guru besar dalam mata pelajaran ketatanegaraan. Para siswanya datang dari berbagai tempat, dan tak sedikit yang datang dari pulau Jawa. Akhirnya di kemudian hari, karena jasa-jasanya, Sriwijaya diganti nama menjadi Palembang, yang diambil dari kata-kata Pai Lian Bang.

 

Nah, pembaca Misteri yang budiman, perlu kami jelaskan bahwa kisah Sunan Gunung Jati dan Puteri Ong Tien ini, sebenarnya masih ada beberapa versi yang lain. Tetapi karena keterbatasan halaman, maka tidaklah mungkin bagi kami untuk menuliskan semuanya di sini.

 

Meskipun demikian, semoga apa yang telah kami tulis di atas dapat menambah wawasan kita tentang sejarah Sunang Gunung Jati, penyebar agama Islam di Indonesia khususnya di daerah Jawa Barat. Wallahu a’lam bissawab. ÂŠī¸.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
â˜Žī¸ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!