Kisah Mistis: GARUDA, ANTARA MITOS DAN KEBIJAKSANAAN
GARUDA TELAH MENJADI SIMBOL NEGARA KITA SEJAK MERDEKA, TAPI PERNAHKAN SESEKALI ANDA MEMPERTANYAKAN KEBERADAAN BURUNG INI, ATAU MUNGKIN SEKEDAR INGIN MENELUSURI ASAL-USULNYA…?
Berdasarkan catatan ilmu pengetahuan dalam beberapa abad terakhir, saat ini tidak kita temukan burung garuda di hutan, pantai atau daerah Ia di muka bumi. Namun dalam literatur klasik d: kebudayaan kuno, tercatat bahwa burung ini memang ada.
Kata Al-‘Anqa (B. Arab) dalam kamus bahasa Inggris disebut Griffin, dalam kamus melayu dimaknai “burung garuda” sedangkan ensiklopedi umum menyebut ‘Anqa adalah burung mitos. Kamus Arab-Inggris karangan Al-Balabaqi mengartikan sebagai hewan yang bagian atas berupa burung dan bagian bawahnya berupa singa.
Ensiklopedi hewan karangan Al-Jahid menyatakan Al-‘Anqa berasal dari bahasa Persia yaitu Simouth, yang berasal dari dua suku kata Si berarti 30, dan Mouth berarti burung, sehingga diartikan burung yang kekuatannya sertara dengan 30 burung.
Abu Hasan Al-Mas’udi, seorang sejarawan Iraq di dalam Muruj Adh-Dhahab wa Ma’adin AlJawahir mengatakan bahwa burung ‘Anqa ada pada zaman Nabi Musa as dan pindah ke Arab Saudi, kemudian punah.
Sedang ibnu Mandul ahli bahasa asal Afrika dalam lisan Al-Arab menerangkan bahwa burung ‘Anqa semula berada di kampung Rafsy. Akan tetapi kampung Rafsy tersebut malah menyembah berhala, maka Allah mengadzab mereka dengan burung Al-Anqa.
Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, Imam al-Gozali (1059-1111 M) pernah menulis risalah pendek berjudul Al-Anqa. Risalah sepanjang tiga lembar yang berisi delapan ayat, satu hadist dan sebelas syair itu menerangkan perjalanan seorang Salik (pencari) menuju kepada Allah.
Dalam risalah yang jarang dibaca ini, Imam Ail-Gozali menyampaikan kepada para Salik bahwa menuju kepada Allah bukan jalan yang mudah dan bertabur bunga, melainkan menanjak penuh dengan duri.
Orang-orang yang hendak menuju kepada Allah bagaikan burung-burung dari seluruh dunia yang ingin mengunjungi raja burung yaitu ‘Anqa yang berada di Samudera Pasifik. Untuk mencapainya sangat melelahkan dan sulit, AlGozali mensitir Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195 untuk menggambarkan perjalanan itu.
Artinya, “Jangan sekali-kali kita melemparkan diri kita dalam kehancuran.” (Qs. Al-Baqarah: 195).
Dan orang yang benar-benar bertekad kuat digambarkan sebagai burung kuat dan tangguh untuk melanjutkan perjalanan melawan kekuatan alam, melawan angin, cuaca dan bertemu dengan Allah SWT.
Selama perjalanan melewati Samudera Pasifik para burung yang hidup di iklim dingin bisa mati di iklim panas dan juga sebaliknya burung yang biasa hidup di iklim yang panas – bisa mati di iklim yang dingin.
Keadaan ini oleh Al-Gozali diibaratkan dengan orang yang ingin menuju Allah yang semula dalam keadaan kaya bisa mati dalam keadaan miskin. Sebaliknya, orang miskin bisa mati dalam keadaan kaya. Maka dalam memaknai kaya miskin, selayaknya dipahami dalam frame ujian dari Allah.
Bukannya seperti pemaknaan yang berkembang selama ini, melihat si kaya dan si miskin. Dalam oposisi biner, yang kaya berarti diridhai dan yang miskin dimurkai. Ini adalah pandangan yang keliru.
Dan di akhir perjalanan hanya sedikit burung yang sampai di Samudera Pasifik, sebagian besar dari mereka mati dalam perjalanan. Namun setelah bertemu dengan ‘Anqa, Raja Burung malah menolak kedatangan para burung.
‘Anqa berkata pada para burung, “Aku tidak butuh saudara! Aku Burung Besar kamu mau kesini atau tidak, datang ataupun tidak, aku tidak perlu kamu dekati.”
Mendengar penolakan tersebut, burung-burung itu pun putus asa. Burung ‘Anqa lalu berkata kembali, “Janganlah kamu putus asa, jika tadi aku menunjukkan sifat Ghanny-Ku, maka kini aku membuka lebar-lebar pintu karim-Ku jika itu semua memang kamu butuhkan?”
Dan memang dari semua manusia yang berniat dan bertekad menuju Allah hanya sedikit saja yang sampai. Dan ironis, ketika sampai di hadapanNya, tidak sedikit manusia yang tertolak karena Allah tidak membutuhkan siapapun.
Ketika Allah menunjukkan sifat GhannyNya, seolah-olah Dia berfirman, “Aku tidak membutuhkan kalian, kalian mau beribadah atau tidak. Aku tidak membutuhkan itu semua. Karena Aku Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya.”
Semua manusia dimuka bumi ini sujud ataupun tidak, tidak akan berpengaruh sedikitpun pada Allah. Namun sebaliknya, ketika sifat KarimNya mulai DIA tampakkan dan perlihatkan, maka Allah membuka pintu seluas-luasnya bagi hamba-hamba yang membutuhkan-Nya.
Kemudian burung-burung itupun berbicara, “Tadi teman-temanku yang mau ke sini telah mati diperjalanan.”
Lalu Dia menjawab, “Barang siapa yang keluar rumahnya karena hijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian ia ditimpa maut, maka Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An-Nisa: 100).
Ini adalah persoalan zuhud dan apa yang dicapai para salik sebagaimana digambarkan dengan burung oleh Imam al-Gazali adalah tingkat zuhud Al-Muhibbin yaitu ketika orang benar-benar cinta kepada Allah, tidak mengharapkan surga dan tidak takut neraka. Dia benar-benar siap dan ikhlas dimasukkan neraka, jika Allah menghendaki. Dan sebaliknya siap masuk surga jika Allah SWT meridhai. Subhanallah. Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!