Kisah Mistis: KIRIMAN TELUH KARENA REBUTAN WARISAN

0
16

Kisah Mistis: KIRIMAN TELUH KARENA REBUTAN WARISAN

Ilmu santet yang satu Ini sungguh biadab. Dengan media bisa ular Tedak Bromo yang dicampur ke dalam beras kuning, maka korbannya akan mengalami penyakit kulit yang mengerikan. Tubuhnya bersisik seperti ular…!

 

Sungguh mengerikan, sekaligus menyedihkan kenyataan yang diterima oleh Sutini. Perempuan paruh baya ini badannya kurus kering, sehingga bak mayat hidup. Tak hanya itu, kulit di sekujur tubuhnya yang kurus merana itu juga tampak aneh seperti bersisik.

 

Sutini bagaikan sosok pemuja siluman ular, seperti yang kerap diceritakan dalam Rubrik Persekutuan Gaib di majalah kesayangan ini. Ya, kerut-kerut kasar di tubuhnya itu memang tak ubahnya seperti sisik ular, sehingga tak jarang membuat orang yang melihatnya jadi bergidik ngeri.

 

Penyakit aneh yang dialami Sutini itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Bahkan, kalau Sutini tak salah ingat mungkin sudah hampir lima tahun dirinya menderita seperti itu. Sudah berbagai upaya pengobatan dilakukan. Mulai dari cara alternatif seperti dengan mendatangi dukun, kyai, sampai tabib. Juga berobat secara medis kepada dokter, termasuk dokter spesialis kulit. Namun semua itu hasilnya nihil.

 

Seingat Sutini, penyakit aneh itu bermula dari perebutan harta warisan berupa tanah peninggalan orang tuanya. Dia sama sekali tak menyangka, karena masalah warisan ini akan menyebabkan penderitaan panjang dalam hidupnya.

 

Memang, masalah tanah sangat rawan dan sensitif sekali. Bahkan orang Jawa dalam falsafah hidupnya berpesan: Sedumuk bathuk, senyari bumi, direwangi pecating nyowo wutahing ludiro.

 

Tapi yang membuat Sutini bingung, dalam masalah perebutan warisan ini hanya melibatkan saudara kandung saja. Namun rupanya, masalah warisan tersebut telah membuat mereka sudah seperti kucing dan anjing yang berebut tulang, tak ada yang mau mengalah. Akibatnya, mereka menghalaikan segala cara untuk memenangkan sejengkal tanah yang nilainya tak begitu berarti itu.

 

Sejak masalah warisan itulah hubungan kekeluargaan dan tali silaturahmi antara Sutini dan saudaranya terputus sudah. Dua bersaudara itu sudah tak saling sapa. Hingga tibalah suatu hari, saat Sutini menyapu halaman rumahnya, dia menemukan beras kuning yang banyak sekali tersebar di atas tanah.

 

Kata orang tua zaman dahulu, hal magis semacam itu akan tawar bila terkena sapu lidi. Memang, beras kuning itu dikumpulkan oleh Sutini. Tanpa dia sadari, sebab dia sudah merasa aman, maka dia mengambil sekumpulan beras kuning tersebut dengan tangannya, lalu dimasukkan ke dalamwadah. Bahkan tak hanya itu, oleh Sutini beras kuning yang menjadi media teluh itu kemudian dia berikan sebagai pakan ke ayam-ayam miliknya.

 

Sutini memang tak sepenuhnya menyadari kalau beras kuning itu hanyalah semacam umpan ilmu teluh, yang memang dipersiapkan untuk menjebak sasarannya, agar disapu dan setelah itu diambil dengan tangan. Tanpa diketahuinya, dalam beras kuning itu sesungguhnya sudah tercampur bisa ular Tedak Bromo yang cukup ganas. Beras dan racun ular itu sendiri diberi mantera pemanggil setan dengan maksud untuk mencelakakan sasarannya.

 

Malangnya, Sutini akhirnya terkena jebakan tersebut. Setelah mengambil beras tersebut dengan kedua belah tangannya, maka dari tangannya itulah racun ular Tedak Bromo merasuk menuju simpul titik kehidupannya. Bahkan, ayam-ayam milik Sutini yang diberi makan beras kuning itupun keesokan harinya mati dengan tubuh membiru seperti habis dipatuk hewan berbisa. Memang, begitulah keganasan ilmu teluh yang satu ini.

 

Sutini tentunya memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan ayam-ayam miliknya yang mati secara massal itu. Dia baru merasakan tubuhnya melemah dan meriang demam setelah tiga hari sejak peristiwa penemuan beras kuning tersebut. Setelah berlalu satu minggu kemudian, maka kondisinya semakin melemah. Bahkan dia tak sanggup berjalan lagi. Dia hanya bisa duduk dan berbaring lemah di tempat tidurnya. Ya, Sutini merasakan stamina tubuhnya turun secara drastis. Dan dia selalu merasakan serangan sakit kepala yang sedemikian hebat, disertai degup jantung yang keras menghentak-hentak.

 

Meski sudah diperiksakan di Puskesmas terdekat, sakit Sutini tidak berangsur membaik, ma ahan semakin parah. Sebab, sakitnya memang bukan sak t medis biasa. Dia pun akh rnya d bawa ke RS dan disuruh opname. Meski kekurangan braya, namun Sutini tetap meng kuti saran in. Sayangnya, setelah 2 menuggu menjalani opname, tak juga ada hasinya. Akhirnya, diputuskan oleh keluarganya agar Sutini dibawa pulang.

 

Yang terlihat sangat aneh, seiring dengan sakitnya yang kian parah, adalah perubahan pada kulit tubuh Sutini yang semakin lama semakin mulai terlihat. Kulit itu mulai mengkerut, sehingga nampak bersisik seperti ular.

 

Anehnya, kerutan kulit yang menyerupai sisik tersebut kian hari semakin menebal, bahkan benar-benar membentuk seperti sisik ular. Yang menyedihkan, bila sisik itu mengelupas, maka terlihat ah kult bagian dalamnya seperti habis terbakar. Hitam!

 

Seluruh bagian tubuh Sutini, termasuk wajahnya sudah terkena penyakit aneh ini. Maka tak heran bila banyak orang yang bergidik ngeri bila melihat Sutini.

 

Untuk menyembuhkan penyakitnya, usaha alternatif, seperti paranormal dan Orang pintar lainnya juga dilakukan. Berbagai teori dan metode dipaparkan dan dilakukan untuk menyembuhkan penyakit Sutini, namun hasilnya hanya kosong melompong. Keuangan semakin terkikis, bahkan usaha sablon plastik yang sudah lama dikelolanyapun ikut terjual untuk biaya pengobatan.

 

“Karena penyakitnya yang aneh itu Sutini jatuh miskin, bahkan nyaris tak punya harta benda. Sedangkan tanah warisan orang tuanya kini dikangkangi oleh kakaknya yang bernama Wagino. Meski melihat kondisi Sutini seperti ini, Wagino seakan cuek bebek saja, bahkan terlihat seperti bahagia di atas penderitaan adik kandung yang hanya satu-satunya itu. Entahlah, hati manusia ini terbuat dari apa? Mugkinkah hatinya seperti segumpal batu dan sedingin es?

 

Isteri Wagino yang bernama Imtay, meski berwajah cukup manis, namun hatinya ditutupi oleh keserakahan. Agaknya, bersama sang suami dia ingin menguasai seluruh harta warisan peninggalan mertuanya. Bahkan banyak yang memperkirakan, kalau isteri Wagino inilah yang mencari tukang santet untuk mencelakakan Sutini. Kata-nya, Imtay pergi berburu dukun santet itu hingga sampai ke daerah Banyuwangi, Jawa Timur.

 

Sementara itu, Sutini dalam keadaan hidup segan matipun tak mau. Namun, Tuhan Maha Pengasih. Di tengah situasi yang kian sulit, tiba-tiba hadir Pak Men, paman Sutini yang tinggal di Losari. Karena kegelisahan hatinya yang menangkap firasat jelek atas nasib keponakannya itu, maka tak heran jika Pak Men yang lama terpisah jauh tiba-tiba ingin sekali bertemu dengan keponakannya.

 

Suatu hari, dari rumahnya Pak Men langsung datang ke tempat Sutini. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat kondisi keponakannya yang sedang sakit parah seperti itu.

 

Untungnya lagi, Pak Men sedikit-sedikit tahu beberapa tempat yang mujarab untuk pengobatan masalah terkena serangan ilmu hitam. Maka diajaklah Dalinem, puteri Sutini mencari obat untuk ibunya.

 

“Lha, tujuan kita kemana, Pakde?” Tanya Dalinem, ketika Pak Men mengajaknya pergi.

 

“Kita ke Yogyakarta, di pesisir laut kidul ada tempat yang bagus untuk penyakit kulit seperti yang dialami ibumu itu,” jelas orang tua bijak itu.

 

“Kapan berangkatnya?” Tanya Dalinem lagi.

 

“Sore ini juga, kita harus menuju ke Parang Wedang,” papar Pak Men.

 

Sorenya, mereka memang segera berangkat. Empat jam perjalanan mereka baru sampai di Parang Wedang yang memang terletak di pesisir Parang Kusumo. Parang Wedang adalah lokasi pemandian air panas sumber alam. Tempat ini juga banyak digunakan untuk meditasi kalangan kebatinan, namun khususnya terkenal sebagai sarana pengobatan sakit kulit dan ilmu hitam. Secara alamiah, airnya memang mengandung sulfur dan belerang. Namun secara supranatural historis, Parang Wedang ini menurut legenda terjadi dari tancapan keris Panembahan Bodho yang bernama Kyai Segoro Wedang. Dikisahkan, pusaka yang tadinya milik Khanjeng Adipati Pecat Tondo Terung (adik Raden Patah) dari pemberian S nuhun Prabu Browijoyo V Pamungkas tersebut akhirnya ditancapkan di lokasi tanah yang kemudian menjadi sumber air bertuah tersebut. Keampuhan pusaka tersebut mampu menandingi Pusaka Kyai Baruklinting ataupun Kyai Plered.

 

Di tempat inilah Pak Men dan Dalinem melakukan olah samadhi dengan maksud mohon petunjuk Gusti Ingkang Murbeng Dumadi agar sakit Sutini dapat disembuhkan. Dan kalaupun sudah waktunya untuk kembali kepada Illahi, maka mereka bermohon agar segera diambil tanpa harus menderita lebih panjang lagi.

 

Setelah melakukan semedhi, Pak Men kemudian mengambil air dari Parang Wedang dengan diwadahi jerigen. Air ini kemudian dibawa pulang.

 

Karena semalam menginap di Parang Wedang, paginya baru menuju rumah. Sore hari, air Parang Wedang itu digunakan untuk melumuri tubuh Sutini. Anehnya saat terkena air ini, Sutini meraung-raung kesakitan dan tubuhnya menggeliat-geliat bagaikan ular yang sedang mengamuk.

 

Seperempat jam lama dia bergaya seperti itu, kemudian diam tak bergeming, karena tampaknya kelelahan. Bahkan kemudian Sutini tertidur sangat nyenyak.

 

Semalaman Pak Men, Dalinem dan suami Sutini, serta keluarga dekat menunggui Si sakit sambil begadang. Mereka berharapharap cemas melihat keadaan Sutini yang tidur sangat pulas seperti laiknya orang sekarat itu.

 

Saat pagi tiba, dengan mengejutkan Sutini bangun dari tidurnya. Dengan suara yang parau dia kemudian menceritakan kalau semalam bermimpi sesuatu yang sangat aneh. Dalam mimpi tersebut Sutini melihat Imtay, kakak iparnya, berlari-lari karena tubuhnya kepanasan. Imtay berteriak-teriak meminta pertolongan, namun tak seorang pun yang datang menolongnya. Sambil menahan sakit dia terus berlari, sampai akhirnya Imtay tercebur ke dalam samudra yang ombaknya sangat besar.

 

Anehnya, siang harinya tersiar kabar kalau Imtay masuk rumah sakit karena tertabrak mobil. Kondisinya sangat kritis.

 

Begitulah, berkat tuah gaib air dari Parang Wedang penyakit Sutini memang berangsur sembuh. Dan setelah kondisi Sutini mulai membaik, oleh Pak Men dia diajak ke Parang Wedang. Di sana Sutini dimandikan dan syukuran.

 

Meski sekarang Sutini semakin sehat, tapi cacat tubuhnya, yakni kulitnya yang seperti habis terbakar tidak semuanya pulih. Namun dia tetap bersyukur sebab Tuhan telah memberikan jalan terbaik bagi dirinya.

 

Bagaimana halnya dengan Imtay? Setelah lewat masa kritisnya dan kondisinya membaik, dia diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Namun keadaannya sungguh menyedihkan, sebab Imtay mengalami cacat tetap, yakni lumpuh. Dan yang lebih parah lagi dia juga gegar otak, ingatannya belum pulih benar, dan perlu waktu lama untuk menyembuhkannya menjadi normal kembali.

 

Bila sudah begini, siapa yang untung? Karena tak ada yang mau mengalah dan tega melahap hak sesama saudara, maka malapetakalah yang akhirnya menjelma. Pasti setan yang maha jahanam itu tertawa tergelak-gelak, sebab telah berhasil mengadu domba mereka yang imannya tipis. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!