Panggonan Wingit: TELAGA BIDADARI, SUNGAI RAYA

0
10

Panggonan Wingit: TELAGA BIDADARI, SUNGAI RAYA

Selain tampan, berbudi luhur dan piawai meniup seruling, Awang Sukma yang memiliki nama lain Datu Pulut juga dikenal sebagai perantau yang berasal dari pulau nan jauh di sana.

Di desa Pematang Gadung, yang termasuk dalam Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan, terdapat sebuah telaga yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan Telaga Bidadari.

 

Telaga yang terletak di pematang di bawah kerimbunan pepohonan limau sementara bagian tepinya dipenuhi sulur-sulur tetumbuhan gadung, ternyata, menyimpan cerita cinta yang demikian mengharukan.

 

Hatta, beratus tahun lalu, di tempat itu hidup seorang lelaki tampan yang berasal dari seberang lautan yang pandai meniup seruling dan memulut burung (menangkap burung dengan menggunakan getah-red) yang banyak hinggap di pepohonan limau ketika pohon itu sedang berbunga. Karena Itu, sosok tampan yang menyandang nama Awang Sukma dan sekaligus penguasa tempat itu dikenal dengan julukan Datu Suling atau Datu Pulut.

 

Hari terus berganti, suatu kali, entah kenapa, hari itu burung dan serangga yang biasanya banyak hinggap ketika pepohonan limau sedang berbunga lebat, tapi hari itu tak ada satu pun yang terlihat. “Heran… kenapa kali Ini tak ada seekor binatang pun yang menghampiri bunga-bunga limau yang sedang merekah itu?” Bisik Awang Sukma penuh keheranan dalam hati.

 

Sambil tetap memasang bilah-bilah bambu yang ujungnya telan diberi pulut, dan berharap ada burung-burung yang menempel di bilah-bilah bambunya, Awang Sukma pun berbaring di bawah pepohonan mau sambil meniup seruling sebagat pelepas rindu pada keluarga dan sahabatnya yang ditinggalkan jauh di seberang pulau. Tiupan Seruling yang d lakukan dengan penuh perasaan dan bela an lembut sang bayu yang membelai tubuhnya, membuat Awang Sukma langsung d serang rasa kantuk yang teramat sangat. Entah berapa lama Ia tertidur,

 

Awang Sukma terjaga manakala telinganya mendengar suara kepak sayap yang dernikian lembut di dekatnya. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Walau berulangkali mengucek-ucek matanya untuk memastikan penglihatannya, namun, apa yang ada disaksikan di depannya juga tidak pernah berubah. “Ah … mereka pasti bidadari yang sengaja turun ke mayapada untuk sekadar bermain dikesejukan alam”, demikian kata hati kecilnya.

 

Ya… di depannya tampak tujuh bidadari yang turun dari angkasa menuju ke telaga di dekat Awang Sukma berada. Dan tak lama kemudian, yang terdengar adalah gelak tawa mereka yang sedang bersenda gurau dan sesekali ditingkahi dengan kecipak air. Mereka sangat menikmati suasana nampaknya. Karena penasaran, dengan berjingkat-jingkat, Awang Sukma pun mendekati telaga itu, untuk memastikan apa yang sedang dilakukan para bidadari itu. Dari tempat persembunyiannya, Ia dapat melihat dengan jelas ulah dari ketujuh bidadari yang tengah asyik bermain dengan penuh riang gembira antara sesamanya.

 

Tanpa disadarinya, ternyata Awang Sukma bersembunyi dekat dengan pakaian para bidadari yang dilepasnya dan bertebaran disekitar tempat ia bersembunyi. Ketika mata Awang Sukma melihat tumpukan pakaian ketujuh bidadari yang bertebaran di tepi telaga tersebut, mendadak, timbul pikirannya untuk mengambil salah satu pakaian bidadari itu dengan maksud kelak ia akan mempersunting salah satu dari mereka.

 

“Untuk mewujudkan keinginan dan impianku mempersunting salah satu dari mereka, aku harus mengambil pakaian salah satu dari mereka,” demikian kata hatinya. Awang Sukma yakin, pakaian itulah yang membuat para bidadari tersebut dapat terbang sehingga mereka dengan mudah mendatangi telaga dan Awang Sukma yakin mereka juga akan kembali lagi Ke khayangar dengan mengenakan pakaiannya. Maka jika dia mengambil salah satu pakaian yang ada, pasti yang memiliki pakaian itu tidak akan dapat kembali ke khayangan, demikiar pikirnya dalam hati.

 

Setelah puas sal ng bersemburan di air, Para bidadari pun meneruskan permainannya di tepian telaga. Konon, permainan tersebut dikenal dengan sebutan “surui dayang” sak ng asy Knya, mereka tak sadar jka salah satu pakaian dari mereka sudah berhasil dicuri dan dibawa oleh Awang Sukma yang langsung memasukkannya ke dalam sebuah bumbung (bambu bekas memasak lemang-red) dan menyembunyikannya di dalam kindai (lumbung-red). Sampai tiba saatnya menjelang senja, ketika ketujuh bidadari Itu kembali akan mengenakan pakaiannya, ternyata, salah satu dari mereka, si bungsu, tak menemukan pakaiannya, dia tidak bisa kembali karena pakaiannya hilang.

 

Dengan segera para bidadari lainnya membantu mencan pakaian si bungsu ke sekitar mereka meletakkan pakaiannya tadi. Walau semua sudah bersusah payah mencari, tetapi, pakaian tersebut seolah raib ditelan bumi. Karena waktu terus berjalan dan mereka harus segera kembali ke khayangan, maka segeralah mereka terbang pulang ke khayangan, Kini tinggalah si bungsu seorang diri.

 

Di tengah-tengah kebingungannya itu, muncullah Awang Sukma bak pahlawan dengan manawarkan diri membantu dan berkata dengan santun: “Tuan Putri jangan takut. jika memang Tuan Putri tidak bisa kembali ke khayangan dan tak ada tempat untuk bermalam, sementara, tinggailah bersarna hamba.”

 

Melihat ketulusan Awang Sukma dan karena memang tak ada pilihan lain, maka, si bungsu pun hanya bisa mengangguk. Sementara Awang Sukma, karena merasa bahwa sang bidadan itu adalah jodohnya, maka, Awang Sukma pun langsung meminangnya. Pinangan itu langsung ditenma Putri Bungsu, karena dia. merasa yakin pakaiannya tak kan lagi bisa ditemukan.

 

Maka tak lama kemudian, keduanya pun segera menikah suatu pasangan yang benar-benar serasi, prianya tampan, wanitanya cantik rupawan. Selang tak lama kemudian, keduanya mendapatkan karun a seorang putri yang cantik jelita bagai Ibunya, yang mereka beri nama Kumalasari.

 

Entah berapa lama Awang Sukma menghisap manisnya madu cinta. Hingga pada suatu hari, ketika pasangan suami Istri tertidur lelap di samping buaran buah hatinya, mendadak, telinga sang istri terganggu karena kotek ayam hitam yang mengais dan mematuk padi di permukaan lumbung hingga mengakibatkan padi berhamburan ke lantai.

 

Ketika sang istri bangun dan mengusir ayam h tam itu, mendadak, matanya tak sengaja melihat sebuah bumbung di bekas kaisan ayam hitam tadi. Karena penasaran, sang Istri langsung mengambil bumbung itu untuk melihat isinya. Hatinya langsung tercekat Betapa tidak, di dalam bumbung 2 Itu tersimpan dengan rapi pakaian yang 5 selama ini dicari-cari, pakalan bidadarinya.

 

Berbagai perasaan pun langsung berkecamuk dalam hatinya. Setelah termenung dan berpikir lama, iapun membulatkan tekatnya, sang istri yang juga memiliki sebutan Putri Bungsu itu langsung mengenakan kembali pakaian kebidadariannya. Setelah itu, ia mengambil Kumalasari dari bualan dan menciuminya dengan sepuas hati sehingga sang bocah pun menangis… keduanya saling bertang san sehingga membuat Awang Sukma terbangun.

 

Awang Sukma yang terjaga dari mimpi indahnya, hanya tergugu menyaksikan ibu dan anaknya bertangisan. la juga tak bisa berkata apa-apa ketika melihat sang istri telah mengenakan pakaian kebidadariannya. 4

 

“Adinda harus kembali ke khayangan Kakanda. Peliharalah Kumalasari dengan baik. Jika nanti ia ingin bertemu denganku, maka, ambillah tujuh buah kemiri, masukan ke dalam bakul dan guncangkan secara terus menerus. Dan bersamaan dengan itu lantunkanlah sebuah lagu lewat seruling Kakanda, Adinda pasti akan datang untuk menjumpai putri kita, Kumalasari,” demikian pesan Putri Bungsu kepada Awang Sukma.

 

Begitu selesai berucap, Putri Bungsu langsung melesat ke angkasa dan menghilang.

 

Sejak itu, Awang Sukma pun hidup hanya berteman dengan Kumalasari, anaknya. Sesekali Ia melaksanakan pesan sang istri bila Kumalasri sedang merajuk dan Awang Sukma bersumpah, seluruh keturunannya dilarang memlihara ayam hitam. Suatu pantangan yang sampai sekarang masih lestani di tengah-tengah masyarakat setempat. Wallahu a’lam bissawab. ©️


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!